Cholilnafis.com, Jakarta-berpuasa selama satu bulan lamanya, seluruh umat muslim hendaknya menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H dengan penuh syukur mengingat situasi pandemi covid-19 menunjukkan tren yang melandai. “Salat Tarawih berjemaah di masjid dan musala, berbuka puasa bersama sanak saudara dan kolega selama Ramadan, serta salat Id berjemaah telah dapat kita laksanakan dengan lebih leluasa.
Silaturahim dan halalbihalal di tempat publik dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri nanti hampir kembali dapat diselenggarakan dalam situasi normal,” kata Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis dalam Tausiah Idul Fitri, seperti dikutip, kemarin.
Hal tersebut, lanjutnya, tidak terlepas dari kontribusi semua pihak yang telah melakukan ikhtiar samawi berupa doa dan muhasabah rohaniah serta ikhtiar ardi secara maksimal berupa kedisiplinan pada protokol kesehatan dan vaksinasi. Meski demikian, lanjut KH Cholil, pandemi covid-19 belum sepenuhnya berakhir.
Karena itu, MUI mengimbau seluruh pihak agar dalam merayakan Idul Fitri di ruang publik tetap menerapkan protokol kesehatan sebagaimana panduan fatwa MUI serta aturan yang ditetapkan pemerintah. “Seperti memakai masker, menjaga jarak kerumunan, dan melaksanakan vaksinasi anticovid-19 bagi yang belum melaksanakannya,” sebutnya.
MUI juga mengimbau seluruh umat Islam, khususnya yang masuk kategori mampu (aghniya’), agar mengoptimalkan pembayaran zakat, infak, dan sedekah (ZIS) melalui lembaga yang memiliki otoritas dan kredibilitas agar manfaat zakat, infak, dan sedekah terasakan lebih fokus, tetapi tetap meluas serta produktif bagi mereka yang berhak menerimanya (mustahiq).
“Kewajiban menunaikan zakat di Ramadan adalah ibadah mahdhah sekaligus ibadah sosial karena menjadi perekat sosial bagi masyarakat yang berhak dan membutuhkannya, khususnya akibat terdampak pandemi covid-19 secara ekonomi,” ujarnya.
Momentum
KH Cholil juga mengajak upaya memaksimalkan kesyahduan perayaan Hari Raya Idul Fitri sebagai momen silaturahim akbar secara khusyuk dan produktif. Lalu mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid secara masif penuh khusyuk. “Hangatkan silaturahim dan halalbihalal sebagai ungkapan tulus ikhlas untuk maaf-memaafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan dengan penuh kasih sayang dan kedamaian,” tuturnya.
Semua pihak hendaknya tidak mengurangi kekhusyukan perayaan Hari Raya Idul Fitri dengan perilaku penggunaan harta secara berlebihan (israf), terlarut dalam kemubaziran (tabdzir), dan melanggar protokol kesehatan.
Semua pihak memaksimalkan momentum perayaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini untuk semakin mempertebal spirit keislaman sekaligus mental kebangsaan sebagai dua dimensi yang saling menguatkan dengan meningkatkan rasa saling menyayangi (tarahum) dan berbagi kebahagiaan terhadap sesama sanak saudara, kerabat, dan handai tolan tanpa tersekat oleh perbedaan agama, suku, dan bangsa.
“Dengan demikian, Idul Fitri menjadi spirit kembali ke fitrah diri, fithrah syakhshiyah; fitrah sosial, fithrah ijtima’iyah; dan fitrah kebangsaan, fithrah wathaniyah,” tutupnya. [afy/adm]