CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Walhamdulillah Hari ini, 29 Oktober 2019 saya sempat mengisi peringatan Hari Santri Nasional di Kecamatan Tambelengan, Sampang Madura. Acara ini dimeriahkan oleh semua utusan santri dari 14 kecamatan se-Kabupaten Sampang. Hadir dalam acara itu Ketua PC NU Sampang, KH. Itqan Bushiri dan Kapolres Sampang, Didit Bambang Wibowo serta jajarannya dan ribuan masyarakat.
Saya sedikit mengulas tentang jati diri dan kiprah Santri. Santri adalah orang yg berpegang teguh dengan ajaran al-Qur’an sekuatnya dan mengikuti sunnah Rasulullah saw yang terpercaya. Sikap Santri selalu moderat (wasathi) yang tak miring ke kanan dan ke kiri sepanjang waktu dan masa. Santri itu belajarnya dua puluh empat jam dan orientasinya dunia dan akhirat. Kegiatan Santri belajar di sekolah sekitar masjid, diasuh oleh Kiai dan pelajaran utama adalah kitab kuning.
Peringatan Hari Santri mengingatkan pada Rasolusi Jihad Islam yang diserukan oleh KH Hasyim Asy’ari. Bahwa cinta Islam itu seiring dengan cinta tanah air. Fardhu ‘ain (kewajiban individu) untuk memerangi tentara sekutu dalam jarak 94 km adalah pendekatan fikih Islam dalam membela negara. Maka Peringatan Hari Santri mengingatkan pada perang empat hari bulan Oktober 1945 di Surabaya demi panggilan jihad melawan penjajahan.
Bagi generasi muda Nahdlatul Ulama dalam memperingati Hari Santri berarti menolak segala bentuk ancaman atas keberlangsungan NKRI. Bertanda bahwa cinta tanah air adalah bagian dari implementasi keimanan. Berkeyakinan bahwa mati karena membela negara adalah syahid.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah model negara untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan berdasarkan keseakatan (mitsaq wathani). Maka sebagai umat beragama wajib memenuhi kesepatan. Karenanya, Negara model khilafah di Indonesia tertolak. Artinya, karena ada kesepakatan bernegara (ittafaqat wathaniyah) di Indonesia maka sistem lainnya, seperti khilafah, imamah imarat dll. tertolak sebab bertemtangan dengan kesepakatan.
Pemilihan Umum dalam kerangka sistem kenegaraan Indonesia merupakatan kompetisi bukan permusuhan. Maka potret akomodasi pesaing pilpres ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi -Ma’ruf Amin di kebinet adalah bentuk konsolidasi politik yang kompromistis. Seluruh pendukung pilpres harus bersatu kembali dan mendahulukan kepentingan bangsa dibanding kepentingan kelompok dan ego pribadi.
Santri menganut Islam paham Ahlussunnah Wal Jemaah, secara akidah mengikuti Asya’ariyah dan Maturidiyah, fikihnya mengikuti salah satu imam mazhab fikih yang empat dan tasawwuf mengikuti al-Ghazali dan al-Junaid. Santri selalu menjunjung pemerintahan yang sah. Sebab bahaya negara tanpa pemerntah akan lebih bahaya dari pemerintah yang Zhalim.
Tugas Santri adalah mengisi kemerdekaan dengan menyiapkan diri menjadi manusia yanh unggul dalam segala bidang sehingga Indonesia menjadu maju. Sebab suatu negara akan maju manakala memiliki sumber daya insani yang kompepetitif.
Selamat Hari Satri Nasional.
KH. M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D
(Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok)