"Kalau warga NU menyatu dan sinergi dengan Muhammadiyah maka Indonesia akan aman dari radikalisme dan Islam akan menjadi nilai pembangunan bangsa dan negara".
CHOLILNAFIS.COM,Senin (13/5) saya memenuhi undangan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, untuk berbuka puasa dengan pejabat eselon 1 dan 2, serta jurnalis yang biasa meliput di Kemendikbud RI. Saya sempat bertanya saat dihubungi oleh panitia, apa benar Menteri dari Muhammadiyah mau mengundang penceramah orang NU? Panitia meyakinkan bahwa Menteri Prof. Dr. Muhajir Effendy sendiri yang minta untuk mengundangnya.
Ternyata memang Prof. Muhajir adalah orang Muhammadiyah yang senang dan akrab dengan tradisi bahkan sekolah NU. Saat mengisi seminar di Pesantren Al-Hikam tahun lalu, beliau menyempatkan ziarah kubur ke maqbarah almarhum Kiai Hasyim Muzadi, anaknya sekolah di MI Sabilillah Malang yang didirikan tokoh NU, KH. Tholhah Hasan.

Kalau warga NU menyatu dan sinergi dengan Muhammadiyah maka Indonesia akan aman dari radikalisme dan Islam akan menjadi nilai pembangunan bangsa dan negara. Negara menjadi perekat dalam mengimplementasikan ajaran agama Islam yang moderat.
Nilai takwa yang hendak dicapai oleh ibadah puasa terimplementasi dalam membangun persatuan umat dan memajukan negara. Bekerja dan membangun negara adalah perintah agama dan menjalankan agama terintegrasi dengan membangun negara dan menyejahterakan bangsa.
Dalam tausiyah yang saya sampaikan, saya menyampaikan bahwa pembentukan karakter dalam pendidikan lebih penting dari pengetahuan.
Puasa adalah sarana latihan bagi manusia untuk memanusiakan manusia, madrasah insaniyah. (Adm/Fz)