Pertanyaan :
Dalam suatu pengajian umum yang dihadiri oleh banyak orang baik laki atau perempuan dan di tempat terbuka, kadang yang menjadi penceramah adalah wanita (muballighoh) disamping penceramah pria. Yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana hukumnya seorang penceramah wanita tampil di hadapan orang laki-laki?
Hoslan, Sawa pulo Surabaya
Jawaban :
Pak Hoslan yang saya hormati, hubungan antara laki dan perempuan dalam islam ada aturan dan batasan demi menjaga tatanan masyarakat yang harmonis, bersih dan islami. Batasan yang dilarang dalam pergaulan laki perempuan di antaranya : melihat lawan jenis tanpa alasan yang syar’i, berkhulwah (berdua-duaan di tempat yang sepi), bersentuhan yang mengarah pada hubungan seksual dan seterusnya yang dapat menimbulkan hubungan terlarang dalam syari’at. Allah menegaskan dalam surat al-Nur ayat : 30, “ Katakanlah olehmu hai Muhammad bagi orang-orang mukmin laki-laki hendaklah mereka itu menundukkan pandangan matanya dan hendaklah menjaga ‘kehormatannya’…” Begitu juga bagi seorang wanita mukminah Allah berpesan, “ Dan katakanlah olehmu hai Muhammad bagi orang-orang mukmin wanita, hendaklah mereka menundukkan pandangan matanya dan menjaga ‘kehormataanya’” ( Q.S. al-Nur : 31) Rasulullah saw juga berpesan, “Tidak berdua-duaan salah satu diantara kamu dengan seorang wanita kecuali yang ke tiga itu syetan.” (H.R. Bukhori)
Namun bukan berarti antara laki dan perempuan tidak boleh melihat dan komunikasi sama sekali. Ada beberapa perkecualian seorang wanita boleh melihat seorang lelaki yang bukan mahromnya dan begitu juga sebaliknya. Di antaranya karena muamalah (transaksi jual beli), syahadah (kesaksian di pengadilan), mudawah ( pengobatan ) dan ta’lim ( pengajaran).
Ta’lim (pengajaran), seorang lelaki boleh melihat perempuan begitu juga seorang perempuan boleh melihat lelaki sebatas yang dibutuhkan untuk pengajaran dan tidak berlebihan dalam rangka memberi pelajaran atau pengajian serta tidak menimbulkan syahwat.
Sayidatina ‘Aisyah menyampaikan hadits kepada para sahabat lelaki begitu juga ummul mukminin yang lain dengan cara yang sopan dan sesuai tatanan islam. Dalam kitab Uqudullujain fi Bayani Huququzzaujain Hal. : 3 dijelaskan, “…dan bolehlah memandang kepada wanita pula untuk pengajaran sesuatu yang wajib, sebagaina yang dikatakan oleh As-Subuki…”
Pak Hoslan yang dimuliakan Allah, berdasarkan penjelasan di atas, maka hukum muballighoh menyampaikan ceramah di hadapan orang banyak yang campur antara lelaki dan perempuan dalam acara pengajian umum itu “boleh” asalkan memenuhi berapa syarat, di antaranya, muballighoh itu menutup aurat dengan sempurna, tidak bersolek yang berlebihan yang mengundang syahwat, suaranya yang alami dan tidak dibuat-buat yang mengakibatkan fitnah, isi ceramahnya yang memang wajib diketahui oleh kaum muslimin terutama kaum wanita. Sebaiknya pengunjung lelaki dan perempuan dibatasi dengan satir sehingga tidak terjadi ikhtilath (bercampur antara laki dan perempuan), jamaah melihat muballighoh dan muballighoh melihat jamaah lawan jenis sebatas keperluan dan tidak berlebihan. Wallahu a’lam bisshowab.