“Ibadah yang mulia itu jangan sampai dikotori dengan muatan yang lain karena hal itu akan menghilangkan kesakralan dan pahala ibadah”
CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Akhir-akhir ini banyak sekali cara menyampaikan aspirasi. Ada yang menulis opini, surat terbuka, audiensi, gerak di jalanan, bahkan dengan cara doa di parlemen dan melalui ibadah bersama. Sebenarnya menyampaikan aspirasi adalah hak dan keharusan untuk menemukan format yang terbaik dalam kontek berbangsa dan bernegara. Dan penyampaian aspirasi yang terbuka itu bagian dari jalan dan mekanisme demokrasi yang sah.
Namun, aspirasi itu ya aspirasi. Katakanlah dan salurkanlah sebegaimana mestinya sebagai aspirasi. Jangan sampai aspirasi yang mulia itu menimbulkan hal yang kontraproduktif, seperti ketertiban dan kelancaran usaha orang lain. Itulah aspirasi yang menginginkan kondisi bangsa ini menjadi lebih baik dan lebih tertata.
Aspirasi melalui ibadah pun sesuatu yang sah. Memanjatkan doa adalah bagian dari aspirasi diri kepada Allah SWT. Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan kebaikan. Bagaimana dengan doa untuk kebaika dan kemaslahatan umum? Tentu inilah tanggung jawab kita sebagai manusia dan sebagai muslim. Banyak beribadah untuk kebaikan diri dan yang lain.
Namun, ibadah yang mulia itu jangan sampai dikotori dengan muatan yang lain karena hal itu akan menghilangkan kesakralan dan pahala ibadah. Ibadah karena pamer kepada orang lain (riya’) tak akan mendapat pahala dari Allah SWT. sebab telah membelokkan ibadah untuk selain Allah SWT. Demikian juga ibadah untuk kepentingan sendiri dengan memobilisasi massa apalagi hanya untuk kepentingan politik sesaat akan menghilangkan makna dan pahala ibadah.
Pisahkanlah ibadah dan doa karena Allah SWT dari niat untuk kepentingan yang sifatnya duniawi, lakukanlah masalah dunia dengan cara dan mekanisme yang sesuai dengan aturan yang telah disepakati seraya berdoa mudah2-an Allah SWT memberi yang terbaik bagi bangsa dan negara.