CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Data Pengadilan Agama Kota Depok menyebutkan angka perceraian pada periode bulan Agustus 2017 di kota tersebut mencapai 157 kasus. Dari data persidangan yang terjadi, mayoritas pasangan suami istri yang bercerai diakibatkan timbulnya kecemburuan yang bermula di media sosial.
Angka perceraian di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Dari data Pengadilan Agama (PA) Klas 1 A Karawang, pada 2017 sebanyak 3.714 perkara atau 90,34 persen dari total 4.011 perkara yang diputus berkaitan dengan perceraian. Sementara, pada semester I per Juli 2018, sekitar 954 kasus perceraian yang masuk ke pengadilan. Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Karawang, Abdul Hakim mengatakan, faktor media sosial seringkali menjadi awal pertengkaran yang berakhir di pengadilan
Setidaknya ada tiga hal yang menjadi penyebab perceraian yang berhubungan dengan media sosial.
1. Mengganggu quality time
Dibanding menghabiskan waktu untuk bercengkerama di atas tempat tidur, beberapa pasangan justru sibuk mengakses media sosial sebelum tidur. Padahal waktu di malam hari ini seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik untuk saling berbagi cerita tentang apa saja yang telah dilalui sepanjang hari. Karena kesibukan dan keasyikan dalam mengakses media sosial inilah, akhirnya quality timedengan pasangan menjadi menurun.
2. Media perselingkuhan
Pertemanan di media sosial ini sangat luas. Hal ini memungkinkan kita untuk bisa bertemu dengan siapa saja, termasuk mantan kekasih ketika masih sekolah atau kuliah dulu, atau bahkan berkenalan dengan orang baru yang sama sekali belum dikenal sebelumnya. Obrolan dalam hubungan baru di dunia maya bisa membuat seseorang merasa menemukan gairah dan tantangan baru, sehingga sangat mungkin ia akan mulai mengabaikan pasangannya yang ada di dunia nyata. Karena hanya dianggap sekadar berbincang di dunia maya, seringkali kita tidak sadar jika telah berselingkuh karena dengan sengaja menyembunyikan hal ini dari pasangan.
3. Membandingkan hubungan dengan pasangan lain
Dengan mengakses media sosial, kita bisa melihat semua kehidupan ‘teman’ termasuk urusan asmara atau pernikahannya. Hal ini sangat memungkinkan bagi kita untuk merasa iri dengan kemesraan teman dan pasangannya. Sehingga akhirnya kita membandingkan hubungan yang kita jalani dengannya. Menganggap bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau, merasa mereka lebih bahagia, kemudian memaksakan agar pasangan bisa berlalu seperti orang lain lakukan. Jika hal ini terjadi, hubunganmu dan pasangan justru akan semakin renggang. Karena apa yang terjadi dalam hubunganmu pastilah tidak bisa sama dengan apa yang terjadi pada hubungan orang lain.
Dr. KH. M. Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D
(Ketua Komisi Dakwah dan pengembangan Masyarakat MUI Pusat / Pengasuh Pondok Pesantren Dendekia Amanah, Depok)