“Jangan sampai kita belajar ilmu agama hanya dari terjemahan atau dari media saja”
CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengadakan acara Pelatihan Spiritual dan Kebangsaan dengan cerdas ritual kepada mahasiswa baru di kampus tersebut yang dilaksanakan dari 6-9 Agustus 2018. Yang di hadiri oleh Ketua Komisi Dakwah dan Pengembagan Masyarakat Majelis Ulama (MUI) Pusat, KH M Cholil Nafis. Dengan adanya acara tersebut diharapkan menghasilkan lulusan orang-orang yang memiliki tiga kecerdasan secara integratif, yaitu kecerdasan intelektual, emosional dan kecerdasan spriritual. (7/8/18)
Berdasarkan penjelasan Kiai Cholil saat mengisi acara tersebut, bahwa kebanyakan orang yang mengandalkan akalnya lupa dengan nilai dan prinsip ketuhanannya, sehingga kecerdasan spiritualnya hilang. “Acapkali orang-orang pintar ber-“tuhan” kepada akalnya sehingga menyombongkan intelektualitasnya dan lupa untuk mengasah kecerdasan emosionalnya. Bahkan kadang ketika dia sudah berhasil lupa akan nilai-nilai dan prinsip ketuhanan”, Ujar Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok ini pada Selasa, 7/08/18.
Menurut Kiai Cholil ada acara untuk menggapai cerdas spiritual, yakni pentingnya mencari ilmu dari guru yang tepat dalam belajar, termasuk belajar agama. Kiai Cholil mencontohkan bahwa syarat jadi dosen itu harus punya kualifikasi ilmu dan stratanya, demikian juga pengajar agama harus jelas kualifikasi ilmunya dan gurunya bahkan perlu tahu mazhabya. “Jangan sampai kita belajar ilmu agama hanya dari terjemahan atau dari media saja lalu kita tak pernah belajar yang sesungguhnya kepada guru yang mumpuni” Lanjut Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat ini.
Kiai Cholil Nafis melihat mahasiwa yang mengikuti pelatihan sangat antusias dengan materi yang disampaikannya. Sebagaimana yang dituliskan kiai Cholil ada beberapa mahasiswa yang mengikutinya sampai ke ruang tunggu narasumber, Kata kiai Cholil Mahasiswa tersebut menanyakan tentang sulitnya memilih pendapat yang benar manakala beberapa ustadznya berbeda pendapat dalam satu masalah, dan itu membuat dia bingung untuk memilihnya.
“Saya jawab, kalau begitu tak perlu repot. Bila tak ngerti tentang masalah yang diperselisihkan maka ikutilah ustadz yang anda yakini lebih mumpuni dan lebih bisa dipercaya. Tapi kalau anda punya kemampuan maka bisa menanyakan dalil dari masing-masing unstad lalu melakukan analisis dalil dengan melihat mana pendapat yang lebih kuat untuk dipedoman. Tidak perlu bingung terhadap perbedaan, apalagi masalah fikih karena itu sudah keniscayaannya” Jawab kiai Cholil.
Kiai Cholil Nafis Berharap mahasiswa itu dapat memperdalam keilmuannya, dewasa mengontrol emosinya dan konsisten berpegang pada spiritualnya. Belajar ilmu yang sukses itu tak hanya diukur dari gelar atau ilmu yang dimilikinya tapi juga diukur dari sejauh mana ilmu dan dirinya bermanfaat kepada orang lain. (fz/Adm).