“Islam tidak menghendaki gerakan dan sikap yang ekstremisme”
CHOLILNAFIS.COM, Jakarta- Majelis Ulama Indonesia (MUI) memandang dunia dakwah menghadapi tiga tantangan mendasar. sebagaimana yang dikatakan Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat, KH M Cholil Nafis. Tiga tantangan itu yakni upaya pembinaan mental, karakter dan sumber daya manusia bidang keagamaan.
“Di satu sisi kita mengalami dengan liberalisasi, ketemu dengan Islamofobia, di sisi lain kita ketemu dengan kelompok-kelompok yang radikal,” ucap Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat KH Muhammad Cholil Nafis terkait halaqah menjawab problematik dakwah yang di gelar oleh MUI Sulawesi Tengah, di Palu, Ahad (5/8).
Sebagian umat Islam, sebut dia, mengaku sebagai Islam namun tidak berbuat apa-apa dengan Islam. Sehingga hanya membuat ‘sesak’ di kuping. “Jadi Islam, Islam, Islam tapi tiak berbuat apa-apa. Hanya membuat pengap di kuping, tapi dia juga tidak berbuat apa-apa untuk peningkatan umat Islam,” ujarnya.
Di sisi lain, sebutnya orang yang movobia dengan Islam tak mau dengan menyebut Islam. Segmentasi-segmentasi dakwah yang bermacam-macam inilah, kadang-kadang memberi citra Islam yang kurang baik.
Sebagian umat Islam juga senang dengan yang aneh-aneh. Seperti menyenangi dan mengikuti seseorang yang mengaku sebagai ‘nabi’. “Contohnya Lia Eden ada pengikutnya, Gafatar ada pengikutnya, sampai Kanjeng Dimas itu ada pengikutnya,” tambahnya.
Selanjutnya ada juga orang yang salah pemahaman dan penafsiran disebabkan karena menyimpulkan sendiri, akhirnya menjadi ‘teroris’ dan ‘liberal’.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok ini, Islam tidak menghendaki gerakan dan sikap yang ekstremisme. Islam menghendaki sesuai dengan Firman Allah surah Al-Baqarah ayat 143. “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” Ujar Kiai Cholil Nafis. (fz/Adm).