Dari 85 persen pemakai narkoba, 93 persen telah mengidap HIV/AIDS. Di Pekanbaru, ari 10 pemakai narkoba ternyata rata-rata 4 Orang tertular HIV/AIDS
CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Permasalahan yang sekarang ini mengitari eksistensi remaja Indonesia dalam perkembangan masyarakat sebagai dampak globalisasi telah sangat merisaukan. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang religius, kini menghadapi tantangan berat dengan melonjaknya kasus seks bebas yang terjadi di kalangan remaja, peredaran dan pengguna narkoba dan lain-lain. Penanggulangan masalah ini memerlukan perhatian serius dari setiap orang tua, guru, masyarakat, maupun pemerintah.
Menurut hasil penelitian, sekitar 40 persen remaja menyatakan secara terbuka bahwa mereka mempunyai teman yang mereka tahu pernah melakukan hubungan seksual. Sekitar 13.000 penderita HIV dan AIDS (akhir 2006) terdapat di seluruh Indonesia. Sekitar 50 persen di antaranya adalah kelompok remaja usia 10-24 tahun.
Data penelitian menunjukkan, remaja yang melakukan seks pranikah di rumah sekitar 85 persen. Perilaku seksual remaja di 4 kota (Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan) menurut sumber DKT Indonesia 2005 memperlihatkan fenomena yang mencengangkan. Remaja yaitu punya teman melakukan seks pranikah 82 persen, punya teman hamil sebelum menikah 66 persen. Di Jabotabek jumlahnya sekitar 51 persen, Bandung 54 persen, Surabaya 47 persen, Medan 52 persen. Mereka secara terbuka menyatakan pernah melakukan seks pra nikah.
Sampai sejauh ini pengetahuan remaja Indonesia dalam hal kesehatan reproduksi masih relatif rendah, termasuk tentang resiko kehamilan akibat melakukan hubungan seks bagi perempuan usia 15-24 tahun sebanyak 49,5 persen, sedangkan bagi remaja laki-laki usia 15-24 tahun 45,5 persen.
Populasi remaja yang pernah berhubungan seksual di kota besar tersebut menunjukkan kenyataan sebagai berikut; remaja perempuan usia 14-19 tahun sebanyak 34,7 persen dan remaja laki-laki sebanyak 30,9 persen. Perilaku remaja yang ada di DKI, yang mengatakan pernah pacaran bagi remaja laki-laki sebanyak 82 persen, dan remaja perempuan sebanyak 87 persen (LD-UI, 2005)
Perilaku Seksual Remaja antara 10-31 persen (n=300 di setiap kota) remaja di 12 kota besar Indonesia, menyatakan pernah melakukan hubungan seks (YKB,1993), 27 persen remaja laki-laki 18 persen, remaja putri (N=633 pelajar SLTA) mempunyai pengalaman hubungan seks di Bali (Wimpie Pangkahila, 1996). 75 dari 100 remaja kelompok berisiko dan belum nikah di Lampung dilaporkan pernah melakukan hubungan seks (PKBI, 1997), 27 persen remaja laki dan 9 persen remaja perempuan di Medan mengakui telah pernah melakukan hubungan seks.
Kapan pertama kali remaja melakukan hubungan seks? Dalam hal ini tergali informasi pada kisaran umur 3-18 tahun, dan 60 persen tidak menggunakan alokon (alat kontrasepsi), 85 persen dilakukan di rumah sendiri (PKBI, 2006), 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27 persen pelakunya adalah remaja (+ 700 ribu). Dari data yang terekam pada PKBI, 30-35 persen kasus aborsi merupakan penyumbang kematian ibu (307/100 ribu kelahiran) di Indonesia (PKBI, 2006)
Faktor yang paling mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks bebas adalah :
- Punya pacar.
- Punya teman yang “setuju” dengan hubungan seks pra nikah.
- Punya teman “yang mempengaruhi/ mendorong” untuk melakukan seks pra nikah.
Menurut Data UNODC (2005), 5 persen dari penduduk dunia atau sebanyak 200 juta menjadi pelaku dan sekaligus korban penyalahgunaan narkoba, di mana 4 persen (160,9 juta jiwa) mengkonsumsi ganja. adalah penyalahgunaan ganja. Sementara itu data BNN 2004 melansir bahwa 1,5 persen penduduk Indonesia (3,2 juta jiwa) adalah penyalahgunaan narkoba dimana 78 persen berasal dari kelompok remaja dan usia muda usia 20-29 tahun. Potensi kerugian bangsa akibat penyalahgunaan narkoba diestimasikan sebesar Rp 207 Triliun per tahun.
Prevalensi tertinggi penyalahgunaan narkoba terdapat di Kampung Bali – Jakarta. Dari 85 persen pemakai narkoba, 93 persen telah mengidap HIV/AIDS. Di Pekanbaru, ari 10 pemakai narkoba ternyata rata-rata 4 Orang tertular HIV/AIDS. Sedangkan di D.I Yogyakarta, ditemukan 4 bayi yang lahir di RS Sardjito telah terkena virus HIV/AIDS.
Di Balige, Sumatera Utara, tercatat 18 penderita HIV/AIDS dan 8 Orang diantaranya adalah pemakai narkoba, dan 4 orang dinyatakan meninggal. Di Rumah Dampingan Cemara, Bandung, tedapat 196 orang pemakai narkoba, yangt setelah dites ternyata 100 persen mengidap virus HIV/AIDS.
Sekarang ini terdata 10 besar propinsi di Indonesia rawan narkoba ialah DKI Jaya, Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa barat, Riau, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Timur, D.I. Yogyakarta, dan Kalimantan Selatan. Penyebaran narkoba dan minuman keras (miras) saat ini sudah sangat mewabah dalam masyarakat. Penyebarannya tidak lagi mengenal status sosial ekonomi serta usia. Kejahatan narkoba telah bersifat transnasional dan Indonesia ternyata menjadi pasar potensial bagi para kapitalis yang meraup keuntungan besar dari peredaran dan transaksi narkoba.
Data menggambarkan bahwa perilaku seksual remaja sudah sangat rawan terhadap risiko TRIAD-KRR (Seksualitas, HIVdan AIDS, dan Narkoba), sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif dari semua pihak terkait. Kasus-kasus di atas nampaknya hanyalah gunung es (iceberg), yang kelihatan permukaannya saja, tetapi jumlah kasus sesungguhnya jauh lebih banyak dari kasus yang nampak, dapat dikalikan 10, 100, sampai 1000, bahkan lebih dari kasus-kasus terlihat secara kasat mata.
Dalam kondisi masyarakat yang mengalami kerusakan sistem nilai, pihak yang sering menjadi korban umumnya adalah remaja putri, karena mereka sering tidak berdaya untuk menolak rayuan dan paksaan untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah. Faktor yang paling banyak mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual diantaranya punya pacar, punya teman yang “setuju” dengan hubungan seks pra nikah, punya teman yang mempengaruhi atau mendorong untuk melakukan seks pranikah (analisa lanjut SKRRI 2003).
Dalam hubungan ini, disadari pentingnya pemahaman tentang pendidikan seks dan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Kesehatan Reprioduksi Remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi yang sehat, benar dan bertanggung jawab.
Selama ini banyak disinyalir bahwa berbagai informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi yang diperoleh remaja kebanyakan bukan berasal dari orang yang ahli di bidangnya dan berkompeten memberikan penjelasan disertai tanggung jawab moral untuk menyelamatkan remaja dari kehilangan masa depan. Masalah budaya, pola komunikasi serta kurangnya pengetahuan menyebabkan para remaja sulit berkomunikasi dengan orang di sekitarnya bahkan dengan orang tuanya sendiri, yang seharusnya dapat membantu para remaja tersebut.
Sumber informasi Kesehatan Reproduksi Remaja mengatakan 81 persen (DKT, th 2005) remaja berkomunikasi tentang KRR dengan teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja lebih nyaman berkomunikasi dengan teman sebayanya yang belum tentu memberikan informasi yang baik dan benar. Sedangkan komunikasi dengan orang tua sekitar 31 persen dengan guru 31 persen dengan petugas kesehatan 16 persen dan dengan tokoh agama 12 persen.
Kurangnya pengetahuan yang dimiliki remaja maupun orang di sekitarnya yang berpengaruh pada kehidupan mereka tidak seimbang dengan gencarnya pemberitaan atau pesan yang bersifat menonjolkan seks (pornografi dan pornoaksi) yang dapat mendorong dan memicu para remaja untuk mencoba atau meniru informasi yang mereka dapatkan itu.
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) belakangan ini memperoleh perhatian tidak saja di Indonesia, tetapi juga secara internasional karena hasil dari berbagai penelitian menunjukkan makin meningkatnya jumlah para remaja yang melakukan hal-hal yang tidak mendukung konsep sehat tersebut diatas. Sebagai contoh, perilaku hubungan seksual sebelum menikah dan resiko TRIAD-KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, dan Narkoba), belakangan ini makin meningkat cukup besar.
Berdasarkan data dari BNN (Badan Narkotika Nasional) tahun 2007, bahwa 54 orang meninggal setiap harinya akibat narkoba, dan sebanyak 80 persen dari jumlah tersebut adalah usia remaja. Hal ini sangat memprihatinkan kita semua.
Faktor utama yang menyebabkan dan menjadi alasan remaja berperilaku menyimpang (menyalahgunakan narkoba), di antaranya ialah coba-coba/iseng sebanyak 74,15 persen, teman sebaya 51,14 persen, lingkungan 86,67 persen, pola asuh otoriter 70,00 persen, pengaruh film dan TV 47,15 persen. (Adm)