CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Orang yang phidup di gunung merindukan suasana pantai dan demikian sebaliknya, saat musim hujan merindukan panas demikian sebaliknya, orang yang berpergian merindukan rumah dan orang yang di rumah ingin berpergian, dan orang yang di tempat sepi ingin suasana ramai demikian juga sebaliknya. Itulah kehidupan, acapkali memandang indah kepada yang tidak dimiliki sehingga terasa kurang bahagia dan bahkan menyedihkan dengan apa yang dimilikinya.
Hidup adalah anugerah bagi orang yang ikhlas dan kebahagiaan bagi orang yang bersyukur. Orang yang ikhlas merasakan apa yang diberikan oleh Allah Awt, baik yang diminta ataupun pemberian merupakan karunia yang tidak terhingga sehingga semuanya harus disyukuri. Syukur dan berterima kasih kepada Allah Swt semata-mata untuk menghadirkan kebahagiaan. Al-Raghib Al-Isfahani menyatakan, bahwa syukur berarti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.
Munculnya rasa syukur karena mengerti akan adanya nikmat yang telah didapatkan, dan mengetahui bahwa semua anugerah dalam kehidupan manusia adalah nikmat. Seperti oksigen yang dihirup setiap saat secara gratis, kesehatan, akal, kemampuan, pendengaran, pengelihatan, berbicara, aliran darah yang mengalir di tubuh, dan keluarga adalah nikmat dari Allah Swt. Mestinya kita tergugah dan sadar untuk selalu memelihara dan memupuk rasa syukur terhadap karunia-Nya. Jika tidak bersyukur terhadap semua karunia yang telah ada dalam kehidupannya, berarti telah ingkar (kufur) pada Allah Yang Maha Penyayang sebagai pemberi nikmat.
Diantara hikmah disyariatkan puasa ialah menajamkan pengetahuan terhadap nikmat Allah Swt yang seringkali dilupakan karena selalu lekat dalam dirinya. Sebab saat sedang berpuasa, seseorang dapat merasakan hilangnya nikmat makan, minum dan syahwat dalam waktu tertentu. Melalui puasa dapat merasakan penderitaan orang fakir dan orang miskin yang tidak mendapat nikmat dalam waktu yang tidak diketahui sampai kapan ia akan mendapatkannya. Biasanya nikmat dapat diketahui dan lebih terasa ketika sudah hilang dari dirinya.
Professor Emmos menuangkan hasil-hasil temuan ilmiahnya tentang syukur dalam bukunya, Thanks! How the New Science of Gratitude Can Make You Happier (Terima kasih! Bagaimana Ilmu Baru tentang Bersyukur Dapat Menjadikan Anda Lebih Bahagia, 2007). Bahwa senantiasa bersyukur atas kebaikan yang diterima berefek baik pada kehidupannya. Seperti, orang menjadi lebih teratur berolah raga, lebih sedikit mengeluhkan gejaka penyakit, dan merasa secara keseluruhan hidupnya lebih baik.
Orang yang berteima kasih lebih nampak pada keberhasilannya dalam mewujudkan cita-cita dibandingkan dengan orang-orang yang bersikap sebaliknya. Orang yang senantiasa mengungkapkan rasa syukur lebih cenderung mengalami kemajuan dalam pencapaian cita-citanya. Seperti prestasi akademis, karir, hubungan antar-sesama, dan kondisi kesehatan.
Menurut temuannya, pribadi-pribadi yang bersyukur memiliki sifat materialistis yang rendah. Mereka tidak begitu menaruh perhatian penting pada hal-hal yang bersifat materi. Mereka cenderung tidak menilai keberhasilan atau keberuntungan diri mereka sendiri dan orang lain dari jumlah harta benda yang mereka kumpulkan.
Penelitian ini sejalan dengan hasil temuan Dua Faculty Members dari Harvard Kennedy of School, AS, bahwa Ramadhan dapat meningkatkan kebahagiaan di kalangan yang menjalankan ibadah puasa. Peningkatan kebahagiaan sebagaimana dilaporkan responden dan kepuasaan hidup yang dihasilkan dari kebahagiaan itu, menunjukkan baha SWB (subjective well being) meningkat. Peningkatan kebahagiaan orang yang sedang berpuasa diantaranya karena pengurangan fokus kepada hal materil dan keuangan. Semakin lama waktu berpuasa di bulan Ramadhan membuat orang menjadi lebih miskin tetapi bahagia.
Temuan ilmiah tentang syukur adalah studi nyata tentang kebenaran agama Islam, bahwa manusia harus senantiasa bersyukur agar nikmatnya ditambah sehingga selalu bahagia dalam hidupnya. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim/14: 7). (Adm)