CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH M Cholil Nafis, PhD, ternyata juga menanggapi puisi ciptaan Sukmawati Soekarnoputri berjudul “Ibu Indonesia” yang menganggap konde lebih indah dari cadar, dan suara kidung lebih indah dari suara adzan.
Menurut Kiai Cholil Nafis, jika pemula tak mengerti syariat Islam itu wajar. “Tapi bangga dengan tak paham syariah bagi muslimah adalah ‘kecelakan’,” kata Kiai Cholil Nafis, Selasa (3/4/2018).
”Syariah itu sumber ajaran Islam yg wajib diketahui oleh pemeluknya. Syariah itu original dari Allah SWT,” tegasnya.
Begitu juga soal cadar. Menurut dia, cadar itu produk fikih dari ijtihad ulama yg meyakini sebagai syariah berdasarkan dalil al Qur’an surat an-Nur: 31, terutama menurut pendapat Ibnu Mas’ud. Walaupun ulama yang tak mewajibkan cadar, namun cadar tak hanya keindahan, karena juga soal kepatuhan kepada Allah SWT.
Dosen Universitas Indonesia itu mengatakan bahwa adzan adalah Syi’ar Islam untuk memberi tahu dan memanggil unttk mendirikan shalat. ”Adzan bukan sekedar soal merdu suara muadzdzinnya di telinga, tapi bagi muslim adzan itu menembus hati karena berisi keagungan Allah, syahadat, dan ajakan untuk meraih kebahagiaan,” kata pengajar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
”Jadi, cadar dan adzan menyangkut keyakinan, bukan soal keindahan, meskipun keduanya itu tak saling bertentangan. Tak layak membandingkan sesuatu yang memang tidak untuk dibandingkan, apalagi wilayah subjektif individu dan pelantunnya. Mana kebhinekaannya itu yang didengungkan,” katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Kalimulya, Depok, Jawa Barat itu menjelaskan bahwa adzan berasal dari mimpi Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih yang sama dengan mimpi Sayyidina Umar bin Khaththab tentang memberi tahu waktu shalat yang kemudian dibenarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan langsung dipraktikkan oleh Bilal bin Rabbah. ”Ini mimpi yg benar sebagai hadits taqriri,” katanya.
Nabi sendiri bersabda: Mimpi orang shaleh itu bagian dari 46 jalannya kenabian. Bahwa mimpi bisa berperan sebagai wahyu sebagaimana mimpi model adzan yang dialami oleh Abdullah bin Zaid dan Sayyidina Umar bin Khaththab yang kemudian ditetepkan oleh Nabi SAW sebagai hadits Nabi SAW.
”Nusantara ini kaya dengan budaya dan nilai. Tapi menilai keindahan tidak boleh merendahkan yang lain. Klaim merek kecap nomer 1 boleh saja, asalkan jangan dibandingkan, apalagi merendahkan kecap yang lain. Tak elok menyinggung yang lain untuk membangun kerukunan dalam kebhinekaan,” katanya. (Adm)
baca Juga di: https://kumparan.com/bangsaonline/kh-cholil-nafis-adzan-dan-cadar-menyangkut-keyakinan-bukan-hanya-keindahan