CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Siang ini jadwal khutbah saya di Masjid Raya Pondok Indah. Pas mau naik ke mimbar khutbah ada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan duduk di sebelah saya untuk shalat Jum’at berjemaah. Ketepatan Ada Gubernur sekalian saya menyinggung soal kebangsaan.
Saya mengulas firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 102 yg biasa dibaca khathib setiap jum’atan tapi acapkali tak diresapi. Dalam ayat itu Allah memanggil orang-orang beriman degan dua pesan untuk hidup di dunia dan bekal di akhirat.
Pesan pertama, Taqwalah kepada Allah dg sebenar-benar taqwa. Pesan ini sulit dilaksanakan kalau diartikan bahwa mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangannya sehingga tak pernah maksiat, selalu bersyukur tak pernah kufur nikmat dan ingat kpd Allah tak melupakannya.
Kalau riwayat Ibnu Abbas dalam mengartikan taqwa sebaik-baik taqwa ialah berjihad di jalan Allah dengan sebaik-baik jihad. Maka berjihad itu menebarkan kebaikan. Tak cukup hanya berupaya jadi orang baik (shalih) tapi juga harus memperbaiki (muslih). Orang baik disenangi banyak orang tapi jadi pejuang kebaikan khususnya mencegah kemungkaran, menolak korupsi dan menjaga lingkungan dg menolak reklamasi pasti banyak yang nyinyir, memusuhi bahkan diancam jiwanya.
Orang yang benar-benar bertaqwa tak pernah gentar dengan persepsi orang lain, bahkam dihadang pun ia siap menghadapinya. Tapi ingat seorang yang bertaqwa itu harus bisa berbuat adil untuk dirinya sendiri, kepada keluarganya dan kelompoknya. Bahkan kepada siapan pun dalam memimpinnya.
Pesan kedua, Jangan engkau mati kecuali mati Islam. Bagaimana bisa mati Islam, wong Malaikat yg mencabut nyawa tak pernah berdialog dan menawarkan cara matinya. Makanya Ibnu Katsir mengutip dari Ali bin Tholhah menyebutkan, bahwa hendaklah dipelihara cara hidup yang Islami dalam keadaan normal dan sehatnya agar mati dengan membawa Islam.
Sebab Alla SWT telah memberi hukum kausalitas bahwa cara hidup seseorang adalah pengantar terhadap kematiannya. Penyakit yang mengakibatkan pada kematian seseorang biasanya tak jauh-jauh dari gaya hidup dan profesi hidupnya.
Karenanya mari kita peduli kepada orang lain saat hidup ini. Yang baik manusia hidup itu bukan karena dirinya memperoleh kesejahteraan tetapi manakala bisa bermanfaat kepada orang lain. Makin banyak memberi kebaikan kepada manusia maka nilai hidup kita tambah berarti di mata Allah SWT. (adm)
oleh: KH. M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D