CHOLILNAFIS.COM, Jakarta-Era Reformasi menjadikan rakyat Indonesia merasakan keterbukaan. Tampak Indonesia terlihat lebih terbuka, setelah era Orde Baru yang menutup setiap inspirasi umat Islam. Di era reformasi, setiap jati diri paham keagamaan memunculkan karakter dan prilaku sejatinya. Akhirnya, muncul berbagai macam faham ke- Islam-an yang tak terbendung lagi.
Di era Reformasi, organisasi kemasyarakatan Islam dengan berbagai paham keagamaan yang beragam, baik yang tergolong dalam paham Ahlussunah wal Jamaah dengan variasi perbedaannya, maupun golongan yang sama sekali berbeda seperti Syiah, Muktazilah,atau Khawarij menampakkan diri dan berjuang untuk membesarkan kelompok dan goolongannya.
Indonesia adalah lahan subur penyebaran paham-paham ke-Islam-an. Disamping Indonesia berpenduduk besar yang mayoritas muslim, juga keterbukaan di alam reformasi memungkinkan semua paham keagamaan tumbuh subur. Akhir-akhir ini yang sangat domenan penyebarannya adalah petroreligiositas. Petroreligiositas adalah lahirnya transformasi keberagamaan negara-negara kaya minyak. Di dunia Islam, negara yang gencar menyebarkan petroreligiositas adalah Arab Saudi dan Iran. Arab Saudi dengan paham salafi-wahabinya dan Iran dengan syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyahnya. Melalui dana minyak yang melimpah, mereka menyebarkan pahamnya ke seluruh dunia. Bahkan antar keduanya telah terjadi semacam kontestasi yang saling menegasikan.
Petroreligiositas juga merambah Indonesia. Bentuknya berupa transformasi pemikiran melalui buku-buku, media cetak dan elektronik, yayasan, pesantren dan sekolah Islam yang berafiliasi dengan keduanya. Salafi dan Syiah juga saling berkontestasi dalam ruang religiositas Indonesia. keduanya saling berseteru dan menjadikan kaum Sunni di Tanah Air sebagai basis massa untuk diperebutkan.
Karakter dakwah yang melekat pada masing-masing paham keagamaan, maka perlombaan untuk saling menarik kekanan atau kekiri pun tak terhindarkan lagi, seakan-akan kamus “rebutan jamaah” seperti sesuatu yang tidak terhindarkan, karena setiap kelompok sangat wajar ingin mendapatkan simpati dari umat sebanyak-banyaknya.
Nahdhatul Ulama (NU) sebagai Ormas Islam terbesar di Indonesia tidak luput dari incaran penyebaran paham keagamaan yang sedang merebak di Indonesia. NU tak ubahnya “gadis cantik” sang primadona bagi pendakwah petrolegiositas. NU bagaikan bunga Indonesia yang diperebutkan oleh pendakwah-pendakwah paham keagamaan yang ada dan yang masuk ke Indonesia. Banyak cara Paham keagamaan yang mencoba mengambil hati massa NU, adakalanya berpura-pura pahamnya mirip dengan paham keagamaan NU, menyalahkan paham keagamaan NU agar berbalik mengikuti pahamnya dan cara lain yang bersifat pragmatis.
NU dengan kekuatan basis massa tradisionalnya merupakan sasaran empuk gerakan petroreligiositas, Islam puritan dan kaum libral. Basis massa NU digerogoti sedikit demi sedikit. Jika puluhan tahun lalu, basis NU di Jawa adalah sepenuhnya NU, kini tidak lagi. Di beberapa basis NU telah banyak terjangkit oleh paham-paham yang sama sekali tidak searah dengan garis-garis perbatasana NU, sepert di Madura, telah bersemi gerakan Syiah dan Salafi, Hizbut Tahrir dan pemikiran libral.