Pertanyaan :
Dalam sehari, saya buang air kecil hingga 5 kali. Ini membuat saya khawatir soal keabsahan wudu dan salat saya. Selain was-was beberapa kali bersuci, juga dalam sehari itu saya tidak ganti-ganti CD (maaf, celana dalam). Mohon penjelasan.
Arif Hidayat
Perum Damri, Surabaya
Jawaban :
Mas Arif Hidayat yang dimuliakan Allah SWT, di antara syarat sahnya salat adalah suci dari najis dan hadas. Suci dari najis baik itu tempat, pakaian dan badannya. Rasulullah bersabda, “Tidak diterima salat dengan tanpa sesuci.” (H.R. Muslim)
Air kencing (urin) termasuk najis mutawassithoh yang harus disucikan, sehingga jika seseorang pakaiannya terkena urin ketika akan melaksanakan salat, ia harus menggantikan pakaiannya terlebih dahulu. Jika tidak, maka salatnya tidak sah, karena salah satu syarat sahnya salat adalah harus suci pakaian yang dikenakan. Hal ini sesuai firman Allah SWT, “Dan pakaianmu hendaknya disucikan.” (Q.S. al-Mudatsir : 4)
Mas Arif Hidayat, jika Anda buang air kecil sehari sampai lima kali dan tidak ganti CD, ada dua kemungkinan:
- Anda benar-benar bisa menjaga kesucian badan dan pakaian ketika buang air kecil karena anda bisa menyucikannya dengan cara yang benar sesuai syariat, yaitu dapat menghilangkan rasa, bau dan warna najis yang ada serta tidak menjiprat ke tempat lain baik ke anggota badan atau pakaian. Kalau seperti ini tentu tidak mengganggu keabsahan salat, sebab pakaian tetap suci, walaupun berkali-kali buang air kecil dan tidak ganti CD.
- Anda tidak dapat menyucikan najis dengan benar, bahkan mungkin ada air kencing yang menyiprat ke pakaian atau badan Anda. Kalau seperti ini kemungkinan besar masih terkena najis, dengan demikian maka salatnya tidak sah. Karena itu, sebaiknya gantilah CD anda dengan CD yang suci dan berhati-hati ketika buang air kecil.
Mas Arif Hidayat yang saya hormati, terjadinya banyak siksa kubur itu di antaranya karena najis, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Ibnu Abbas ra., beliau berkata, “Suatu hari Nabi lewat di sebelah dinding kebun kurma yang bersebelahan dengan kuburan di Madinah, kemudian Nabi mendengar suara dua manusia yang sedang disiksa di dalam kuburnya. Maka Nabi bersabda, ‘Mereka berdua sedang disiksa di dalam kubur bukan karena sesuatu yang besar (menurut manusia) tetapi besar nilai dosanya. Keduanya itu disiksa yang pertama karena tidak bisa menjaga najis kencingnya dan yang kedua karena suka mengadu domba.’ Kemudian Rasul menyuruh sahabat mengambil setangkai daun kurma lalu dibelah menjadi dua dan diletakkan di atas dua kuburan itu. Sahabat bertanya, ‘Kenapa engkau lakukan itu hai Rasul?’ Nabi menjawab, ‘Barangkali dapat mengurangi siksanya sebelum daun itu kering.’” Wallâh a’lam bi al-showâb.