CHOLILNAFIS.COM, Jakarta – Menurut Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia Pusat, Dr KH Cholil Nafis, saat ini ada dua wajah baru komunisme. Demikian disampaikannya pada kuliah umum di ruang Auditorium Arifin Panigoro, Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Jakarta, Kamis, 21 Shafar 1437 H (03/12/2015).
“Saya bisa mengkategorikan, barangkali komunis baru itu ada yang sifatnya ideologis, ada yang sifatnya biologis,” ujarnya sebagai pembicara tunggal pada acara bertema “Mewaspadai Ancaman Komunis Wajah Baru dan Liberalisme” itu.
Kata dia, jika berbicara tentang bahaya-bahaya laten seperti komunis, persoalan yang lebih spesifik adalah pahamnya. Bahwa, katanya, komunisme telah menyebar dan merasuk dimana-mana.
“Tanpa kita rasakan telah ada di tengah-tengah kita,” ujarnya mewanti-wanti di depan 200 mahasiswa UAI.
Ia menjelaskan, wajah baru komunis biologis adalah orang-orang yang memang secara keturunan berasal dari partai komunis. Mereka mempunyai afiliasi dengan gerakan-gerakan komunis masa lalu.
“Kita bisa menyaksikan keturunan itu menyatakan ‘saya bangga keturunan komunis atau keluarga komunis dari pendukung komunis’,” ujar Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU itu.
Dulu, lanjutnya, mereka ini takut-takut mengaku begitu. Namun sekarang, mereka dengan bangganya menyebutkan bahwa diri sebagai keturunan komunis.
“Dan sudah mencalonkan jadi anggota dewan, dan sudah menjadi anggota dewan; mencalonkan jadi gubernur, sudah menjadi gubernur,” ungkapnya tanpa menyebut nama dan identitas orang dimaksud.
Ujungnya Islamophobia
Cholil menjelaskan, wajah baru komunis secara ideologis juga telah banyak merasuk di tengah-tengah umat dan masyarakat Indonesia.
“Ciri utamanya dari komunis itu adalah ketika ingin mencapai kekuasaan, menghalalkan segala macam cara. Tidak melihat dari aspek kemanusiaan, tidak melihat dari aspek peraturan perundang-undangan,” paparnya.
Sebagai penguat pendapatnya, ia mengatakan, setiap ada pemilihan kepala daerah, presiden, dan wakil presiden, isu yang mencuat ada dua. Yaitu “money politic (politik uang)” dan “kekuatan keamanan”.
Ketika bicara isu kekuatan keamanan, kata dia, masyarakat ditakut-takuti, kalau si A atau si B yang jadi pemimpin, situasi akan tidak aman.
“Padahal kita sudah punya TNI, punya Polri, untuk menjaga keamanan kita,” ujarnya.
“Kenapa warga negara kita ini selalu ditakut-takuti dengan persoalan keamanan ketika seseorang itu memimpin? Dan anehnya juga, kita sekali lagi menjadi islamophobia, menjadi takut pada Islam,” lanjutnya mempertanyakan.
Diterbitkan juga di:
Cholil Nafis: Dua Wajah Baru Komunisme Telah Merasuki Masyarakat