Pertanyaan :
Maaf ustadz, saya sedikit tahu tata bahasa arab dan kalau saya perhatikan dalam Al-Qur’an setiap menyebutkan asma dan sifat Allah selalu menggunakan dlomir mudzakkar “huwa” (kata ganti laki-laki) seperti dlomir ‘huwa’ dalam surat al-Ikhlas ( qul huwa Allahu ahad), yang menjadi pemikiran saya kalau begitu berarti Allah itu berjenis kelamin laki-laki. Mohon penjelasannya ustadadz atas kebingungan saya ini. Atas jawabannya saya haturkan terima kasih.
Mohammad Rusydi
Siswa LPBA Surabaya
Jawaban :
Akhi Muhammad Rusydi yang saya cintai, Allah itu Dzat Yang Maha Agung Maha Mulia yang wajib disembah oleh hambanya dan tidak sama dengan makhluk ciptaanya, “ Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. al-Syuura : 11)
Allah SWT tidak seperti manusia dan Allah tidak berjenis kelamin laki atau perempuan. Kalau Allah sama dengan ciptaanya berarti Allah itu hadits (baru) kalau Allah itu baru berarti akan bisa berakhir dan binasa, padahal Allah itu wujud (ada), qidam (tanpa awal) baqo’ (kekal tanpa akhir) mukholafatullilhawaditsi (berbeda dengan yang baru) dan seterusnya sesua sifat yang wajib kepada Allah SWT.
Akhi Muhammad Rusydi, adapun di Al-Qur’an di antaranya dalam surat al-Ikhlas (qul “huwa” Allahu ahad) dan setiap menyebut asma ‘Allah’ menggunakan dlomir mudzakkar ( kata ganti laki-laki) itu karena lafadz ‘Allah’ itu menurut tata bahsa arab termasuk lafadz mudzakkar. Andaikan lafdzul Jalalah itu menggunakan kalimat ‘ilahatun’ niscaya memakai kata ganti mu’annats (perempuan), karena lafadz ‘ilahatun’ itu termasuk jenis lafadz mu’annats. Jadi dlomir huwa dalam Al-Qur’an itu kembali kepada lafadz yang agung Allah sebagai kalimat yang tertulis dalam bahsa arab, dan bukan kepada dzat Allah sebagi Tuhan yang wajib disembah. Wallahu a’alam bisshowab.