CHOLILNAFIS.COM, Artikel – Kata hijrah akhir-akhir ini jadi trand di kalangan anak muda penggiat keagamaan untuk menunjukkan dia sudah taubat dan kembali pada jalan yang benar. Hijrah itu ungkapan yang menunjukkan dirinya insaf dari dunia kelam atau maksiat menuju kesadaran beragama.
Sebenarnya kata hijrah mulai dekenal sejak zaman Nabi Ibrahim as. saat diucapkan bahwa saya berhijrah kepada Allah (inni muhajirun ila rabbi. QS. 29:26). Lima ribu tahu kemudian di zaman Nabi terakhir mulai dikenal lagi ungkapan hijrahsaat sayyidina Ustaman diizinkan oleh Nabi saw untuk hijrah (pindah) ke Habasyah.
Kemudian kata hijrah lebih populer saat peristiwa besar dan babak baru perjuangan Rasulullah saw ketika hijrah (pindah) dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M. Dimana peritiwa hijrah itu oleh Sayyidina umar dijadikan nama tahun Islam atas saran sayyina Ali dalam musyarah para sahabat tahun 14 H.
Hijrah yang dilakukan oleh Nabi saw seuntai antara fisik dan jiwanya. Ia hijrah dari Mekah ke Madinah, hijrah dari lingkungan yang mengusik ke lingkungan yang penuh keakraban sekaligus menujukkan hijrah yang utuh dalam keimanan.
Menurut Al Qusyairi Hijarah itu ada dua: hijrah maknawi dan hissi atau biasa disebut hijrah zhahir dan batin. Hijarah batin adalah pindah dari kekufurun menuju iman dan dari berserah diri kepada makhluk menuju penyerahan diri seutuhnya kepada Allah SWT. Adapun hijrah Zhahir adalah meninggalkan kemunkaran menuju keshalihan, dari pakaian terbuka menuju berhijab dan meninggalkan dunia kelam menuju hidayah.
Momentum menyambut tahun baru hijriyah 1439 H pada sore hari ini bertempatan dengan tanggal 20 September 2017 M seyogyanya kita bersama ber-muhasabah (evaluasi) diri apakah sudah melakukan hijarah dan memantapkan hijrahdalam menjalani kehidupan sehar-harii. Selamat berhijrah menuju ridha Allah SWT.
Dokumen Pribadi Dr. KH. M. Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D